Yuyun Ahdiyanti. Sumber foto: Facebook Yuyun Kaen Tenun Bima Suara klak klik di antara benang-benang tenun, menjadi irama hentakan kayu yang Yuyun Ahdiyanti kenal sejak kecil. Lembar demi lembar aneka corak dan warna kontras nan cerah kain tenun Bima adalah pemandangan akrab yang tertangkap di matanya sejak belia. Namun dari waktu ke waktu, semua itu makin sedikit hinggap di indranya. Meski sudah ada pengepul yang datang ke daerahnya untuk membeli hasil kain tenun, tetap saja, tidak membuat para wanita penenun di Ntobo, daerah asal Yuyun, terus menyambung hidup dengan tetap menenun. Banyak dari mereka sadar realita. Buat apa terus menenun jika hasilnya dibeli dengan harga rendah. Satu demi satu para wanita Ntobo beranjak memilih kegiatan lain yang lebih bisa menghidupkan denyut ekonomi keluarga. Yuyun sadar, jika terus demikian, bisa jadi kain-kain tenun Bima hanya akan bisa dilihat anak cucunya di museum sebagai bagian dari sejarah. Orang hanya akan tahu cerita dan bahasa d...
Mendirikan usaha di bulan Februari 2019. Setahun kemudian pandemi Covid-19 menerjang Indonesia. Tapi yang unik, bisnisnya justru meraih keuntungan meningkat tiga kali lipat. Kini, bisnis tersebut makin tumbuh dan berkembang serta menjadi tempat bergantungnya mata pencaharian banyak orang. Itulah gambaran kesimpulan yang saya lihat dari bisnis Maharrani, sebuah brand fashion asli Indonesia yang berpusat di Kota Padang, Sumatera Barat. Di balik bisnis tersebut, ada banyak cerita inspiratif dari Elsa Maharrani sebagai pemiliknya serta tim Maharrani yang membuat usaha ini jadi tumbuh dengan melesat. Nah kali ini, saya ingin berbagi beberapa poin istimewa dari kisah hidup Elsa Maharrani serta bisnisnya yang barangkali dapat menjadi inspirasi positif bagi kita semua. Terutama, nilai moral yang bisa kita petik untuk modal meraih masa depan yang lebih baik dan memungkinkan untuk diraih. Dalam perjalanan hidupnya, Elsa dan Maharrani telah menorehkan kisah inspiratif yang membawa perubah...